Muak

Akhir-akhir ini sebenernya banyak banget hal yang pengen saya tuliskan. Nyambung dari 2 postingan sebelum ini sampai hal-hal yang mungkin remeh temeh bagi sebagian orang. Hari ini adalah sidang pertama kasus "penistaan agama"nya Ahok. Lini masa twitter dan newsfeed facebook saya untungnya sudah terfilter dengan baik. Seperti yang sudah saya bahas sebelumnya, saya belajar banyak sejak pilpres dua tahun lalu. Untuk sebagian orang mungkin tanggapan ini berasa lebay, kalau bagi saya, menjaga kewarasan diri sendiri menjadi hal yang penting. Hidup saya sudah cukup ribet dengan kerjaan dll, males aja kalau harus ditambah dengan debat kusir macam apapun. Tapi ternyata bukan hanya sosial media, gejala ini juga merambah ke grup whatsapp. Bukan cuma grup biasa, tapi whatsapp keluarga. Sighs... Kebencian orang-orang ini kenapa jadi semakin mendalam ya? Saya sempat menyatakan keberatan saya. Kenapa ngga ada pemberitaan berimbang. Beberapa waktu lalu heboh soal penyerangan oknum yang mengatasnamakan islam kepada teman-teman kita, jemaat kristen yang sedang beribadah di Sabuga. Berita ini tentu saja membuat saya berang. Saya langsung bilang ke grup whatsapp keluarga itu. Kenapa ngga ada berita soal intoleransi agama ini?kenapa isi broadcast selalu memojokkan satu pihak? Islam yang marah, bukan islam yang ramah? Ngga ada sentimen apapun terhadap islam, saya sampai hari ini Insya Allah masih meyakini dan mengimani agama saya, namun saya sedih nama islam menjadi buruk hanya karena oknum-oknum ini. Dan sesuai prediksi, postingan saya dibalas dengan....Fakta-fakta yang harus diketahui tentang Ahok! (Bok...padahal saya saat itu ngga mention sama sekali soal Ahok. Peduli amat?saya ga punya hak pilih juga di pilkada DKI nanti). 
Maaf juga kalau saya sampai sinis akhirnya soal orang-orang yang menyerukan aksi damai. Saya sangat mengerti, banyak diantara mereka memang memiliki niat yang tulus untuk turun ke jalan, namun di lain pihak saya sedih lagi karena niat tulus mereka dikotori oleh orang-orang yang memiliki kepentingan politik tertentu. Ngga bisakah mereka berpikir dengan jernih? Dulu saya pernah nulis juga di sini soal hidup beragama. Saya benci banget sama orang yang suka mengkafirkan atau menjudge orang lain dengan gampangnya. Akhir-akhir ini malah kadang saya saking sudah capeknya ngerasa bodo amat. Namun saya teringat cuitan bang Poltak @hotradero yang bilang: Kalau setiap saat orang waras harus ngalah, maka cepat atau lambat hidup kita ditentukan oleh orang gila. Ha! He got the point! Makanya saya mau nulis unek-unek saya ini di sini. Kalau saya ngomong soal Agamamu, agamamu. Agamaku, agamaku. Eh ada aja yang nyerang masa ga mau ngebela agama sendiri sih? What the...... Emangnya Indonesia itu cuma punya orang islam? Emangnya Indonesia itu negara islam? Sanah bikin negara sendiri aja! Jadi inget ucapan bung Karno. "“Perjuanganku lebih mudah karena melawan penjajah. Tapi perjuangan kalian akan lebih berat, karena melawan saudara sendiri.”
Nah untung Allah berbaik hati sama saya. Di tengah kekalutan hati saya tersebut (tsah bahasanya), minggu lalu saya diundang oleh teman-teman dari Indonesia Mengajar. Mereka kebetulan mengundang kantor saya untuk ikut datang dan mendengar cerita-cerita anak-anak Pengajar Muda angkatan 11 yang baru selesai masa tugasnya di daerah. Mendengarkan cerita mereka, beban saya merasa terangkat dan saya seperti tertampar, udahlah dit...ngga usah mikirin masalah politik (ya ngga segitunya juga sih mikirin hahaha) tuh denger cerita mereka. Ada PM yang ditugaskan di Aceh utara, Kepulauan Natuna bahkan Papua yang aksesnya terbatas banget. Untuk mencapai satu distrik dari kota kabupaten diperlukan waktu 8 jam BERJALAN KAKI karena tidak ada fasilitas umum yang memadai. Atau untuk bisa mencapai suatu pulau, harus berkendara dengan kapal selama 15 jam. Apalah unek-unek dan kerisauan yang saya alami selama ini? Tentu tidak ada seujung kukunya dengan saudara-saudara kita tersebut. Saya malu.... Namun di lain pihak juga saya tambah sedih. Kalau yang waras ngalah, seperti apa kata bang Poltak, apa jadinya mereka? Saudara-saudara kita itu? Tambah aja pengen nangis rasanya. Teman saya yang minoritas, perempuan, keturunan tionghoa dan non muslim pernah bicara kepada saya. "Aku pengen ngumpulin uang dan keluar dari sini aja supaya bisa hidup lebih baik". Saya pernah nanya: Emang kamu udah ngga optimis lagi sama bangsa Indonesia? Dia hanya bisa menggeleng. Saya tambah sedih dan geram dengan orang-orang jahat berkepentingan di luar sana itu. Semoga keresahan saya ngga beralasan. Semoga ini hanya ketakutan saya saja. Saya yakin, masih banyak orang baik. Semoga keyakinan saya ini terbukti. 

Commentaires

Articles les plus consultés