Inteligensi Embun Pagi. Benarkah seri Supernova terakhir?


DISCLAIMER:
Review ini akan mengandung Spoiler!




*Review ini saya edit kembali setelah IEP keluar karena memang sekalian bahas beberapa fragmen yang mungkin sempat bingung ketika membaca IEP (atau mungkin kebingungan ini hanya saya saja yang mengalami?) tapi setelah berdiskusi dengan beberapa teman akhirnya saya mendapatkan pencerahan hahaha.

Saya adalah salah satu pembaca beruntung yang bisa mendapatkan kesempatan untuk membaca IEP terlebih dahulu *oke, pamer dikit* 
Jujur aja waktu dapet email yg isinya draft awal naskah IEP ada perasaan campur aduk dalam diri saya. Senang karena akhirnya bisa mengetahui ke mana arah cerita ini berakhir, tapi setelah itu berasa sedih karena mikir ngga akan ada lagi buku yang bisa saya tunggu-tunggu kehadirannya seperti ini lagi *hiks* persis seperti penantian novel Harry Potter 7 beberapa tahun lalu. Oke mari kita mulai.
Cerita dibuka dengan kisah Gio di Peru. Mungkin kalau yg udah sempet baca nukilan di webnya mba Dee akan tau juga kepingan ini. Dari sini mulai tersibak semua misteri yang tergambar. Jika di Gelombang kita mulai berkenalan dengan istilah Peretas, Sarvara dan Infiltran, ada beberapa lagi istilah baru muncul di IEP. Salah satunya adalah Umbra. Umbra diyakini adalah "pembantu" para Peretas yang selama ini kehilangan memorinya. And guess what?kalau kita baca lagi semua serial supernova dari awal, maka sebenarnya umbra ini sudah tidak asing kehadirannya ^^. Oke lanjut. Di Peru ini Gio mencoba retreat Ayahuasca yg akibatnya dia ketemu Madre Aya yg kasitau dengan jelas peranan Gio ini. Dimulailah pencarian Gio ke Indonesia untuk bertemu dengan para rekan-rekannya sesama Peretas walaupun Gio sama sekali belum dapat info apapun siapa mereka ini. Gio hanya mendapatkan petunjuk soal 4 batu yg ia terima sebelumnya adalah kepunyaan Partikel, Gelombang, Permata (wait?who?hehehe) dan dirinya sendiri Kabut.

Oke, satu demi satu mulai keliatan jelas. Di sini Gio tau kalau dirinya itu peretas Kunci dari gugus oktahedral sementara peranan peretas lain akan terbuka di kepingan-kepingan berikutnya.

Di akhir bab Partikel kita udah disuguhi cerita pertemuan Bodhi dan Etra. Etra yg bingung soal kejadian awal ketika dia ketemu Bodhi, soal penyebutan Akar dan Petir, dan juga tentang Asko dll langsung mengusulkan Bodhi untuk ketemu Bu Sati. Tapi ternyata kita dikasih kejutan (hm, saya agak udh bisa nebak sebenernya) kalau Bu Sati ternyata punya maksud lain.

Misteri terbesar berikutnya (paling tidak bagi saya) adalah penampakan Kell di Gelombang. Sumpah waktu baca langsung mikir. Hadeuh ini doi Infiltran atau Sarvara ya? Trus hati kecil saya berdoa semoga Kell adalah Infiltran dan jeng jeng jeng doa saya terkabul hahaha. Alfa yang saat itu sedang dalam perjalanan ke Indonesia awalnya tentu ngga percaya dengan cerita Kell. Dia jg bersikukuh kalau Kell adalah Sarvara yang menyamar. Tapi akhirnya Alfa percaya dengan penjelasan panjang lebar dari Kell.Dari obrolan Alfa dan Kell di pesawat saya mikir, hey sangat masuk akal banget kalo ternyata di dunia nyata ada para Infiltran yang memang kerjanya seperti itu. Hm...jangan-jangan cerita ini bukan fiksi HAHAHA. Berbekal informasi dari Kell, mereka memutuskan untuk pergi ke Bandung untuk mengunjungi Etra dan Bodhi. Cerita di Elektra Pop ini merupakan salah satu bagian favorit saya di IEP. *HIDUP KELL dan TEAM CHENDOL!!!* 

Sementara itu selain pertemuan trio Alfa, Bodhi, dan Etra. Dua peretas lain akhirnya juga bertemu. Gio dan Zarah. Bedanya kalau trio itu akhirnya (kecuali Etra, Etra tau belakangan) tau siapa mereka dan hubungan di antara mereka. Gio dan Zarah belum ngeh kalau ternyata mereka saling terhubung. Padahal udah ada clue dari sakit kepala yang dialami keduanya saat pertama kali ketemu. 

Saya yakin mungkin akan ada banyak kubu soal ending Supernova ini. Sejak Partikel keluar, saya termasuk yang rajin nengokin beberapa forum yang bahas Supernova, lanjut ke Gelombang dan tidak sedikit yang kecewa dengan cerita Partikel dan Gelombang. Saya sih termasuk ke kubu yang asik-asik aja. Ada komentar soal kangen dengan gaya bahasa Dewi Lestari jaman KPBJ. Kecewa sama cerita ala sinetron Zarah dengan Storm dan Koso. Kecewa dengan too good to be true-nya karakter Alfa. Nah soal cerita ala sinetron, saya sempat bertanya langsung juga ke mba Dee kenapa masukin cerita itu. Menurut mba Dee ternyata itu penting untuk membangun karakter Zarah. Di saat dia sudah ditinggalkan Ayahnya terus ketemu sama orang yang dia cintai, eh ternyata orang itu malah berkhianat, bikin Zarah depresi padahal dia harus tau kalo keberangkatan dia ke London salah satunya adalah untuk mencari tahu tentang ayahnya dan karakter ini akan bisa lebih terlihat di IEP. Begitu juga Alfa dan karakter-karakter lain. Kalau di KPBJ gaya bahasa mba Dee sangat tinggi, itu karena tokoh-tokohnya memang digambarkan seperti itu. Saya baru ngerti juga waktu ngurusin Dee's Coaching Clinic. Ada satu bagian yang dibilang untuk menghidupkan tokoh itu memang ternyata susah. Gimana caranya biar ngebedain antara si tokoh satu dengan tokoh lain. Nah gaya bahasa ini juga yang berperan. Jadi walaupun ada banyak tokoh, kita bisa membedakan mana Alfa, mana Bodhi, Etra dll. 

Balik ke penjelasan di awal, saya baru aja ikutan grup whatsapp komunitas supernova (oh yes, ada grupnya ihiy) dan satu minggu 2 kali kami selalu bahas apapun yang berkaitan dengan Supernova, walaupun di hari-hari lainnya bahas ngga penting macam drama korea dll. Kebetulan waktu itu saya diminta jadi pembahasnya. Awalnya bingung mau bahas apa karena ga mau spoiler (beberapa anggota grup ada yg belum baca IEP) tapi malam sebelumnya saya memang membahas IEP dengan teman saya yg mengenalkan KPBJ ke saya 12 tahun lalu, maka mulailah saya bahas itu. 

Sejak KPBJ-Petir, saya masih belum tau ini buku arahnya mau dibawa ke mana. Begitu Partikel keluar pun saya masih menebak-nebak walaupun sudah ada beberapa clue ditambah lagi ketika Gelombang keluar. Mungkin otak saya saja yang ga nyampe dan saya baru mengerti pun bukan setelah baca lagi semua tapi berkat baca beberapa review di goodreads juga. Hal ini yang pernah saya tanyakan ke mba Dee saat dikirimi semacam kuisioner yang harus diisi oleh para beta readers setelah membaca IEP. Sebenarnya siapa mereka?apa misi masing-masing Peretas? Infiltran? Sarvara? Kalau soal misi mungkin sempat dijelaskan cuma maksud saya siapa yang menyuruh mereka untuk mencapai misi itu? Ada sesuatu yang tidak dijelaskan mengenai ini. Akhirnya saya berkesimpulan ada satu zat tunggal yang memang tidak (atau belum) diceritakan di sini. Dari dulu setiap novel Supernova orang selalu bilang soal pencarian jati diri, spiritualitas, sains dibalut fiksi dll. Tapi begitu IEP keluar, tidak sedikit yang kecewa karena terkesan kehilangan ruhnya ini. Apakah benar? Menurut saya sih malah ngga. Spiritualitas tetap melekat di sini. Konsep Peretas-Infiltran-Sarvara (yang kalo boleh mengutip review dari Niko) merupakan gambaran manusia. Saya sependapat. Walaupun kalau soal itu saya memiliki pandangan sedikit berbeda. Infiltran bagi saya seperti para malaikat yang menuntun manusia ke jalan yang lurus, Sarvara tidak ubahnya iblis dan Peretas adalah para Nabi dan Rasul, sosok manusia tapi terlahir istimewa. Jangan salah ya, iblis tidak selamanya jahat, paling tidak mereka dulu sama-sama menyembah Tuhan namun akhirnya harus turun dari surga karena membangkang. Persis seperti yang saya tangkap dari penjelasan pak Simon kepada Zarah di IEP. Sarvara memiliki misi untuk menjaga dunia ini tetap pada tempatnya, menjaga homeostasis Bumi bertahan selama mungkin (dan itu baik menurut pandangan mereka) tapi para Peretas dan Infiltran berpikir sebaliknya. Mereka ingin Bumi ini diisi oleh para koloni inteligensi. 
Raga-raga perantara yang tadinya bagian dari sebuah kohesi kesadaran tunggal pecah menjadi keping-keping individu. Ilusi ini, tercetak kuat dalam kode genetika mereka sebagai syarat pertahanan hidup, diteruskan turun-temurun, diajarkan lewat sistem sosial, dijaga melalui kepercayaan dan macam-macam ajaran. Milenium demi milenium, mereka hidup dan mati di sini. Percaya bahwa suatu saat nanti mereka akan kembali bersatu dengan penciptanya. Pulang ke rumah mereka yang sesungguhnya. Entah di mana. hlm 349-350

Bahwa suatu saat nanti mereka akan kembali bersatu dengan penciptanya. Menarik kan? Ini maksud saya tadi. Kita dengan sangat halus sebenarnya digiring untuk tetap mempertanyakan banyak sekali pertanyaan di muka bumi. Termasuk ini. Dan kalau boleh saya katakan, mba Dee dengan cerdasnya menggiring pembaca untuk ke arah itu dengan santai, dengan cara memberikan dongeng, cerita, atau katakanlah apapun itu dalam bentuk fiksi. Di IEP kita bisa temukan juga sindiran-sindiran halus soal agama. Saat Elektra menelepon kakaknya Watti dan bilang kalau dia masuk surga kemudian Watti dengan polos bertanya di surga Etra, ketemu Tuhan yang mana? Aslik pas bagian itu saya ngakak puas! Atau dulu di Partikel saat Zarah bertemu dengan Abah dan mereka berdamai, sesungguhnya mungkin, mba Dee ingin menyampaikan bahwa semua agama itu baik. Hanya kadang penganutnya saja yang membawa dampak buruk bagi agama-agama tersebut. Bukan berarti saya bilang saya menyamaratakan semua agama yah, saya tetap meyakini agama saya hahaha cuma kadang suka sebel aja sama orang-orang yang berantem bawa-bawa agama *hih*

Balik lagi ke IEP.
Saya baca juga beberapa review yang menyinggung soal Diva. Kemana dia? Kenapa kok porsi Diva dikit banget di IEP ini? Kesannya cuma numpang lewat aja. Dari beberapa interview mba Dee yang saya dengar, KPBJ merupakan prekuel dari serial Supernova. Di KPBJ kita akan bertemu sosok Diva sang manusia setengah dewa (?) yang bisa dibilang one of a kind. Di interview itu dibilang saat tahun 2001 kenapa KPBJ ditulis itu karena seorang Dewi Lestari berumur 25 tahun saat itu, memiliki banyak pertanyaan dalam dirinya. Pertanyaan-pertanyaan itu dia kumpulkan dan coba dijawab dan dirangkai ke dalam bentuk novel. Pada jaman itu kenapa ada karakter macam Diva, yang berprofesi sebagai pelacur tapi memiliki otak cemerlang bahkan jiwa sosial yang tinggi. Atau pasangan homoseksual Dhimas-Reuben yang saat itu (dan mungkin sampai sekarang karena isunya sedang hangat) dipandang tidak normal tapi kita lihat hubungan keduanya sangat normal dibanding pasangan Rana-Arwin yang hetero namun bermasalah. Hal ini tentu jadi kontradiktif kan jadinya kalau kita lihat? Normal di satu sisi belum tentu dipandang normal di sisi lain. Intinya kita digiring untuk tidak mudah menjudge sesuatu. Hail untuk maksur!
Balik lagi ke topik Diva. Saya kemudian baru mengerti kenapa sosok Diva tidak dijelaskan lebih banyak peranannya setelah berdiskusi panjang lebar di grup whatsapp itu (terima kasih kepada Yuli yang sudah memberikan pencerahan). Tiap orang pasti punya tokoh favorit berbeda di sebuah cerita. Karena tokoh favorit saya di kisah Supernova ini bukan Diva, jadi ngga ngerasa gimana-gimana pas porsi dia sedikit dibahas di IEP hahaha. Tapi setelah berdiskusi itulah saya mengerti. KPBJ diceritakan sebuah prekuel. Dengan tokoh sentral Diva ini. Namanya juga prekuel, kisah sebenarnya baru keliatan di buku-buku selanjutnya, terutama di IEP sih. Liong pernah bilang kalau Diva itu Kacing Calang. Sebutan untuk telur yang gagal menetas. Diva memiliki misi mulia sebagai Peretas namun tidak seperti Peretas yang lain, dia menginginkan Percepatan dengan cara membagi semua informasi rahasia tentang dunia mereka kepada semua orang. Akibatnya terjadi masalah. Rahasia yang harusnya tersimpan dengan rapi dan dijaga bertahun-tahun oleh para Infiltran malah jadi konsumsi publik. Nah jadilah para Infiltran ini akhirnya intervensi. Gugus Kandara akhirnya dijadikan tumbal, makanya beberapa Peretas di gugus Kandara ngga dibangunkan karena rencana Diva malah berantakan. Foniks yang teman satu gugus Diva akhirnya ikutan bertanggung jawab dan dia diturunkan untuk membantu gugus Asko yang ternyata diramalkan akan menurunkan Peretas Puncak. Jadi intinya buku 2-5 memang inti cerita. Bagaimana si tokoh-tokoh dalam gugus Asko ini bahu membahu untuk mengatasi masalah yang dicetuskan oleh Diva. Makanya di IEP Diva ngga muncul banyak, bisa dibilang dia termakan oleh ulahnya sendiri jadi terjebak di Sunyavima. Bagi pemuja Diva mungkin ini terkesan kejam hehehe tapi yah gimana atuh? Kadang memang harus ada yang dikorbankan.

Jadi, nanti jika ada kelanjutannya lagi, memang bukan tentang Supernova. Karena Supernova, masalah yang dibawa oleh Diva ini, sudah selesai di IEP. Tinggal misi para Peretas lain yang berlanjut dan tentu kita tinggal menunggu kehadiran Permata.

15 tahun bukan waktu yang sebentar tentu aja. Tapi bagi saya, Supernova sudah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dalam hidup saya. Baru sempat kenal dengan Supernova tahun 2004. Agak sedikit telat tapi bagusnya jadi bisa langsung baca 3 buku. Jaman kuliah dulu saya dan beberapa teman entah kenapa lagi senang-senangnya baca buku sastra indonesia. Beda banget dari jaman SD sampe SMA yg lebih demen bacaan luar macam Donal Bebek, Bobo, Lima Sekawan sampe Harry Potter, jaman kuliah saya justru banyak baca novel indonesia dari mulai Tetralogi Pulau Buru sampe ya Supernova ini. Itupun modal pinjam ke teman. Eh ga nyangka pas kerja kok ya ga jauh-jauh dari buku.

IEP ini menjadi project terakhir saya. Makanya agak sedikit emosional ngerjainnya. Dulu 2008 pertama kali kerja langsung ngurusin Maryamah Karpov. Dan sekarang ngurusin IEP. Epik jadinya kalau diliat lagi. Apalagi sampe senang nama saya ada di jejeran thanks to-nya IEP. I'm honored. Such an amazing experience. Thank you so much mba Dee udah bikin serial epik ini. Diantosan pisan lanjutannya (kalo ga salah ngitung, harusnya 2020 yah keluar? *wink*

Commentaires

  1. IEP, tak sanggup saaya melahap hingga ke lembar terakhir. Sungguh sungguh jenius Dee. I love her so much. Semoga di angkat ke layar lebar juga, amin,

    RépondreSupprimer

Enregistrer un commentaire

Articles les plus consultés